Melaka; Kota Tua Warisan Dunia yang Terawat | JET goes to Malaysia angkatan perdana (part 7)
Kalau kita mempelajari sejarah-sejarah kerajaan di Indonesia, pasti kita akan menemukan nama Kerajaan Malaka. Melaka merupakan ibu kota Kesultanan Malaka, salah satu kerajaan Islam di masa lampau dan sekarang menjadi ibukota dari Negeri Melaka.
Kota ini memiliki nilai sejarah yang sangat banyak karena kota ini dahulu dijajah oleh tiga negara yaitu Portugis, Belanda dan Inggris. Dengan begitu kota ini arsitektur gedung-gedungnya menjadi sangat menarik karena ketiga gaya arsitektur negara bekas penjajahnya bisa anda temukan di kota ini. Demikian juga dengan makanannya, ada makanan ala Portugis, Chinese, India, Western Food dan masih banyak lagi. Melaka terkenal dengan wisata kulinernya.
Melaka juga lekat sejarahnya dengan wong Palembang. Malaka atau kerap juga disebut Melaka, ditemukan oleh pangeran dari Palembang, pada abad 14. Pangeran itu membangun Malaka dari kota nelayan kecil, menjadi sebuah pelabuhan pusat jalur perdagangan kapal dari India dan Cina. Hingga kemudian Kesultanan Melaka mengalami masa kejayaannya dengan wilayah hingga daerah sumatera.
Kedatangan Portugis pada tahun 1511 meruntuhkan kesultanan Melaka. Melaka langsung resmi menjadi tanah jajahan Portugis ditahun itu juga dan Melaka menjadi basis Portugis dalam upayanya untuk eskpansi ke India bagian timur. Lalu datanglah misionaris Francis Xavier ke Melaka untuk menyebarkan ajaran Katolik yang akhirnya nama misionaris ini dijadikan nama gereja, St. Francis Xavier church yang didirikan pada tahun 1849. Gereja Katolik yang tertua di sini adalah gereja St. Paul yang didirikan pada tahun 1710 di jaman pendudukan Belanda.
Malaka, Malacca atau Melaka adalah kota tua dengan tata kota yang rapi, situs-situs dan bangunan-bangunan tua peninggalan sejarah yang masih terawat dengan baik. Melaka dikenal juga dengan nama Melaka Bandaraya Bersejarah, sejak tahun 2008 ditetapkan sebagai Kota Warisan Dunia (World Herritage City) oleh UNESCO karena keunikan dan kekayaan historisnya.
Stadhuys
Tahun 1641 Belanda mengambil alih kota ini, mereka berkuasa dari tahun 1641 hingga 1795. Belanda sama sekali tidak membangun kota ini karena mereka memusatkan pembangunan di Batavia yang merupakan pusat kekuatan administrasi dan militer mereka. Akan tetapi mereka masih membangun satu gedung yang memiliki arsitektur Belanda yang diberi nama Stadthuys atau Red Building (Bangunan Merah). Lalu pada tahun 1824 kota ini resmi menjadi koloni Inggris setelah terjadi pertukaran tanah jajahan dengan Bengkulu di Sumatera. Kota ini lalu menjadi bagian dari Negara Malaysia setelah Inggris tidak lagi berkuasa.

Selain Stadhuys, terdapat banyak bangunan cantik lainnya yang semuanya berwarna merah Sebut saja Christ Church (Gereja) yang dibangun bersebelahan dengan Stadhuys, serta Clock Tower (Jam Menara). Di tengah-tengah , di antara Stadhuys, Christ Church dan Clock Tower, terdapat sebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga dan air mancur. Di sekitar taman ini, banyak becak romantik yang mangkal. Becak-becak tersebut dihiasi bunga, boneka, lampu kelap-kelip, dan full music. Kita bisa menyewa becak ini seharga 20 ringgit untuk mengelilingi Kota Malaka selama 15 menit. Dekat dengan Clock Tower, terdapat sebuah meriam kecil yang juga dilestarikan sebagai peninggalan sejarah. Clock Tower ini letaknya persis di dekat bundaran, dimana bus kota dari Terminal Malaka Sentral akan menurunkan penumpangnya yang hendak menikmati keindahan Kota Malaka. Di seberang Clock Tower, setelah bundaran, terdapat sebuah Masjid yang juga memiliki nilai sejarah.
Selain Stadhuys, terdapat banyak bangunan cantik lainnya yang semuanya berwarna merah Sebut saja Christ Church (Gereja) yang dibangun bersebelahan dengan Stadhuys, serta Clock Tower (Jam Menara). Di tengah-tengah , di antara Stadhuys, Christ Church dan Clock Tower, terdapat sebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga dan air mancur. Di sekitar taman ini, banyak becak romantik yang mangkal. Becak-becak tersebut dihiasi bunga, boneka, lampu kelap-kelip, dan full music. Kita bisa menyewa becak ini seharga 20 ringgit untuk mengelilingi Kota Malaka selama 15 menit. Dekat dengan Clock Tower, terdapat sebuah meriam kecil yang juga dilestarikan sebagai peninggalan sejarah. Clock Tower ini letaknya persis di dekat bundaran, dimana bus kota dari Terminal Malaka Sentral akan menurunkan penumpangnya yang hendak menikmati keindahan Kota Malaka. Di seberang Clock Tower, setelah bundaran, terdapat sebuah Masjid yang juga memiliki nilai sejarah.
Benteng bersejarah ini dibangun pada tahun 1600-an di tepian Sungai Melaka. Letak bangunanya berada di diantara Rumah Merah atau Stadhuys dan Quayside yang merupakan sebuah replika kincir air kesultanan. Luas kawasan benteng ini sendiri sekitar 0,9 hektar dengan keunikan terletak pada gaya dan struktur bangunannya. Disekitar benteng juga ada sebuah meriam dengan berat 1,5 ton dan menjadi daya tarik tambahan setiap pengunjung yang berada disini. Letak meriam tersebut berada di salah satu sudut bentengnya. Disini juga ditemukan sejumlah artefak semisal mata uang Belanda alat-alat yang terbuat dari besi, keramik antik, pipa Belanda, tembikar yang terbuat dari tanah dan peluru meriamnya sendiri. Beruntung karena benteng ini ditemukan masih banyak yang utuh dan karenanya semakin melengkapi kewisataan di Melaka. Lokasi benteng ini berada di tepian Sungai Melaka dan menjadi bagian dari A’Famosa di Melaka, Malaysia.
Letak Maritime Museum Phase One Melaka yang berada di Jalan Quayside, dekat dengan muara Sungai Melaka River estuary, dan juga dikenal dengan ‘Flor de La Mar’. Maritime Museum Phase One sendiri merupakan replica dari ‘Flor de La Mar’, bendera kapal dari kapten Portugis terkenal Alfonso d’ Albuquerque. Kapal berbendera Portugis tersebut terdampar di pantai Malaka ketika dalam perjalanan kembali ke negaranya, dengan membawa banyak barang jarahan dari Malaka. Sampai saat ini Flor de La Mar adalah salah satu kapal dengan harta karun yang tenggelam dan tidak pernah diketemukan.
Kota ini memiliki nilai sejarah yang sangat banyak karena kota ini dahulu dijajah oleh tiga negara yaitu Portugis, Belanda dan Inggris. Dengan begitu kota ini arsitektur gedung-gedungnya menjadi sangat menarik karena ketiga gaya arsitektur negara bekas penjajahnya bisa anda temukan di kota ini. Demikian juga dengan makanannya, ada makanan ala Portugis, Chinese, India, Western Food dan masih banyak lagi. Melaka terkenal dengan wisata kulinernya.
Kedatangan Portugis pada tahun 1511 meruntuhkan kesultanan Melaka. Melaka langsung resmi menjadi tanah jajahan Portugis ditahun itu juga dan Melaka menjadi basis Portugis dalam upayanya untuk eskpansi ke India bagian timur. Lalu datanglah misionaris Francis Xavier ke Melaka untuk menyebarkan ajaran Katolik yang akhirnya nama misionaris ini dijadikan nama gereja, St. Francis Xavier church yang didirikan pada tahun 1849. Gereja Katolik yang tertua di sini adalah gereja St. Paul yang didirikan pada tahun 1710 di jaman pendudukan Belanda.
Malaka, Malacca atau Melaka adalah kota tua dengan tata kota yang rapi, situs-situs dan bangunan-bangunan tua peninggalan sejarah yang masih terawat dengan baik. Melaka dikenal juga dengan nama Melaka Bandaraya Bersejarah, sejak tahun 2008 ditetapkan sebagai Kota Warisan Dunia (World Herritage City) oleh UNESCO karena keunikan dan kekayaan historisnya.
Stadhuys

Selain itu, ada beberapa tempat wisata lain yang menarik yang bisa dikunjungi :
Middleburg Bastion
Salah satu bangunan bersejarah di Melaka adalah Middleburg Bastion. Benteng peninggalan Inggris ini memiliki fungsi yang sangat vital karena dulunya menjadi pusat pengawasan aktifitas perdagangan di Melaka. Inggris membangun benteng ini untuk mengawasi setiap gerak aktifitas perdagangan supaya tidak ada yang melanggar. Begitu juga benteng ini difungsikan untuk mengawasi serangan dari para pemberontak yang berpotensi membahayakan prajurit mereka.
Malacca River
Berjalan menyusuri tepian sungai Malaka bisa dilakukan dengan gratis, kita harus bisa menikmati satu demi satu peninggalan sejarah dari kota bekas jajahan Portugis, Belanda dan Inggris. Jika berjalan menyusuri sungai ini, kita bisa menikmati suasana sungai malaka yang cantik. Sungai yang bersih, dengan refleksi gedung-gedung yang ada di sekitarnya.
Maritime Museum
Replika kapal Flor de La Mar yang berada di Maritime Museum Phase One Melaka memiliki tinggi 34 m, panjang 36 m serta lebar 8 m. Pengerjaan replika kapal dimulai di awal tahun 1990 dan kemudian dibuka untuk umum sebelum diresmikan oleh Perdana Menteri Dr. Mahathir Mohamad. Di musium ini beragam artefak dan dokumen peninggalan dari masa keemasan Melaka seperti Kekaisara Timur dan menunjukkan bagaimana kontrol politik Malaka menjadi sangat penting dalam membentuk dominasi maritime di area tersebut. Musium Maritim menggambarkan betapa pentingnya Malaka sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional dari masa Kesultanan, beralih ke Portugis, Belanda, Inggris hingga era pendudukan Jepang.
Foto-foto di depan museum ini saja sudah cukup memuaskan dan menyenangkan, tapi jika ingin mengeluarkan uang untuk masuk ke dalamnya juga silakan.
Menara Taming Sari
Menara Taming Sari yang dikenal juga dengan nama Menara Melaka. Dari ketinggian 110 meter anda bisa melihat keindahan kota melaka, kabin yang anda tumpangi bisa berputar 360° sehingga anda bisa melihat seluruh pelosok kota melaka. Kabin ini bisa memuat sebanyak 60 penumpang dan dilengkapi dengan AC.
A. Famosa
Ini adalah salah satu bangunan dengan gaya / arsitektur eropa yang tertua di Asia Tenggara. Pertama kali Portugis sampai di kota ini hal yang paling pertama mereka bangun adalah benteng ini, dengan tujuan mengamati sungai jika saja ada serangan dari musuh melalui sungai. Di benteng bersejarah ini terdiri dari tempat tinggal, toko makanan, kastil, tempat pertemuan dan juga 5 buah gereja. Gedung ini mengalami kerusakan yang cukup parah ketika terjadi perang dengan Belanda. Saat ini yang tersisa hanya dinding pintu masuk, yang masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Jonker Street – The Shoppers Delight!
Jonker Street adalah salah satu tempat yang harus anda kunjungi. Jalan ini terletak di Melaka Chinatown, yang juga dikenal sebagai Jonker Walk dan Jalan Hang Jebat. Di sini berdiri beberapa bangunan tertua di kota ini, yang didirikan di era abad ke 17, maka dari itu nama ini juga sering dipanggil Antique Street. Jalan yang kecil ini terkenal sebagai tempat penjualan barang-barang peninggalan sejarah dari berbagai periode. Anda dipastikan akan bisa dengan mudah mendapatkan barang-barang yang datang dari jaman-jaman kolonial jaman dulu, mulai dari jaman Portugis, Belanda dan Inggris. Bagi penggemar barang antik, harus datang ke tempat ini!
Tentunya tidak akan cukup jika berjalan-jalan di kota Melaka ini hanya dalam satu hari. Jadi anda sebaiknya mencari hotel di Melaka yang sesuai dengan budget liburan anda.
Baba and Nyonya Heritage Museum. Inilah museum peranakan yang unik di Melaka. Museum ini didirikan oleh Babas dan Nyonyas yang ada di Melaka. Peranakan adalah suku percampuran antara suku melayu dan chinese sehingga para keturunan peranakan ini memiliki kultur yang unik karena meruapakan percampuran antara kedua kultur.
St. John’s Fort dibangun kembali oleh Belanda di era abad ke 18, benteng ini sebelumnya adalah sebuah kapel pribadi yang didedikasikan untuk St. John the Baptist. Bagian yang menarik dari benteng ini, ada sebuah meriam yang menghadap ke daratan karena di masa lampau serangan atas Melaka datang dari daratan bukan dari laut.
Homestay Seri Tanjung Melaka. Alami sendiri gaya hidup kampung di Malaysia. Tempat paling sesuai untuk mengalaminya ialah di kampung yang telah memenangkan pertandingan Kampung Tercantik di Malaysia sebanyak dua kali berturut-turut.
Masjid Kampung Hulu Melaka. Masjid ini dibangun sewaktu zaman penjajahan Belanda dan merupakan masjid tertua di negara ini. Gaya seni bangunannya yang unik menggabungkan seni bangunan Sumatera, Hindu dan Barat.
Medan Portugis Melaka. Medan yang dikenali sebagai ‘Mini Lisabon’ terletak di dalam kawasan pemukiman masyarakat Portugis yang merupakan pusat tumpuan untuk kebudayaan masyarakat Portugis di Melaka dan seluruh negara.
Museum Cheng Ho Melaka. Museum ini dibangun untuk memperingati seorang Laksamana bernama Cheng Ho atau Zheng He yang hidup sewaktu zaman dinasti Ming di China. Pengembara terkenal ini telah menjalankan tujuh pelayaran pengembaraan di antara tahun 1405 dan 1433 dan meninggalkan jejaknya di Timur Tengah, Afrika dan Asia Tenggara.
Taman Mini Malaysia & Mini ASEAN. Taman Mini Malaysia terletak beberapa kilometer di pinggir kota Melaka berdekatan pekan Ayer Keroh. Sekiranya anda berminat dengan seni bangunan dan cara hidup tradisional, inilah tempat yang paling sesuai untuk anda telusur.
Comments
Post a Comment